Senin, 10 Desember 2012


Ujian Tulis SNMPTN Resmi Dihapus

Rifa Nadia Nurfuadah
Senin, 10 Desember 2012 19:38 wib
Ilustrasi SNMPTN 2012. (Foto: Rifa Nadia N/Okezone)
Ilustrasi SNMPTN 2012. (Foto: Rifa Nadia N/Okezone)
JAKARTA - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memantapkan hati untuk menghapus ujian tulis pada Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2013. Tahun depan, SNMPTN akan digelar hanya melalui jalur undangan. 

Ketua SNMPTN 2013 Akhmaloka memaparkan, pola jalur undangan yang diterapkan pada SNMPTN 2012 kini menjadi pola tunggal dalam SNMPTN 2013. "Seleksia akan dilakukan berdasarkan nilai rapor dan prestasi lainnya, serta mempertimbangkan nilai ujian nasional (UN). Kemendikbud belum berpikir untuk mengubah pola UN," kata Akhmaloka dalam acara Launching SNMPTN 2013 di Gedung Kemendikbud, Senayan, Jakarta Selatan, Senin (10/12/2012) malam.
Dalam acara yang diikuti pimpinan PTN seluruh Indonesia ini, Rektor Institut Teknologi Banduing (ITB) itu merinci, ada 61 PTN di seluruh Indonesia yang turut serta dalam SNMPTN 2013. Selain itu, kemungkinan besar UIN Wali Songo, Semarang dan Universitas Terbuka juga akan bergabung dalam SNMPTN 2013.  

"Diperkirakan 1,5 juta siswa SMA/sederajat akan mengikuti SNMPTN 2013," imbuhnya. 

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) M Nuh menyatakan, pola seperti ini sebenarnya memberikan kemudahan bagi lulusan SMA/sederajat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Selain itu, implementasi kebijakan integrasi UN dengan SNMPTN secara tidak langsung memberi pengakuan dari "kakak", dalam hal ini PTN, kepada "adik", yakni SMA/sederajat. 

"Jangan sampai tidak ada pengakuan akademik ini, kesannya ada semacam diskonektivitas antara jenjang yang di bawah dengan di atasnya," kata Nuh. 

Berdasarkan jadwal yang disusun panitia SNMPTN 2013 dengan Kemendikbud, seleksi akan dilakukan pada 9 Maret hingga 27 Mei 2013. Hasil seleksi akan diumumkan pada 28 Mei 2013.(rhs)

http://kampus.okezone.com/read/2012/12/10/373/730166/redirect

so, how about alumnus?? :'(

Kamis, 12 Mei 2011

Kualitas Pendidikan Indonesia di Tengah Pusaran Globalisasi

Assalamualaikum Wr.Wb,,,

Hello… ^_^

안녕하세요, chingudeul..!! ^^

지내 시죠?

Well, in this post, I'll share a papers. I have joined a papers competition to celebrate National Education Day in my city and I got 2nd Winner,, wkwkwk lol. My papers' title is "Kualitas Pendidikan Indonesia di Tengah Pusaran Globalisasi". Let's check it out. Hopefully useful .!!!! ^_^


KATA PENGANTAR

Puji syukur yang dalam penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nyalah makalah ini dapat penulis selesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Dalam makalah ini, penulis membahas mengenai “Kualitas Pendidikan Indonesia di Tengah Pusaran Globalisasi”, suatu permasalahan yang sedang dialami oleh dunia pendidikan Indonesia saat ini.

Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman mengenai kualitas pendidikan Indonesia, pengaruh globalisasi terhadap dunia pendidikan Indonesia, dan upaya yang dilakukan untuk menghadapi pengaruh globalisasi yang berdampak bagi pendidikan Indonesia. Makalah ini juga dibuat untuk mengikuti Lomba Penulisan Karya Tulis Ilmiah tingkat SMA se- Kabupaten Polman dalam rangka merayakan Hari Pendidikan Nasional 2011.

Dalam proses penyusunan makalah ini, tentunya penulis mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi, dan saran. Untuk itu rasa terima kasih yang dalam penulis kepada yang terhormat :

1. Bapak dan Ibu Guru SMAN 1 Polewali.

2. Ayahanda tercinta Ir. Sultan Lambang dan Ibunda Hasnah Anto yang tak henti-hentinya memberi dukungan kepada penulis dalam penyusunan makalah ini.

3. Rekan-rekan XI IPA 1 SMA Negeri 1 Polewali yang telah banyak memberikan masukan dalam penyusunan makalah ini.

Hanya kepada Tuhan Maha Kuasa jualah penulis memohon doa sehingga bantuan dari berbagai pihak bernilai ibadah. Penulis menyadari bahwa sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan kekurangan sehingga hanya yang demikian sajalah yang dapat penulis berikan. Penulis juga sangat mengaharapkan kritikan dan saran dari para pembaca sehingga penulis dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam penyusunan makalah selanjutnya.

Demikian makalah ini, semoga bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Polewali, 28 April 2011

Penulis,

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................

KATA PENGANTAR...................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang........................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................ 4

1.3 Tujuan Penulisan.................................................................. 4

1.4 Manfaat Penulisan................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 6

2.1 Pengertian Globalisasi.......................................................... 6

2.2Perkembangan Kualitas Pendidikan Indonesia................ 7

2.3 Pengaruh Globalisasi bagi Pendidikan Indonesia........... 14

2.4 Upaya yang Dilakukan oleh Masyarakat Indonesia terhadap Globalisasi yang Berdampak bagi Dunia Pendidikan Indonesia ......................................... 22

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 26

3.1 Kesimpulan............................................................................. 26

3.2 Saran-saran............................................................................ 28

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Globalisasi adalah suatu proses dengan kejadian, keputusan, dan kegiatan di salah satu bagian dunia menjadi suatu konsekuensi yang signifikan bagi individu dan masyarakat di daerah yang jauh.

Bangsa Indonesia merupakan bagian dari bangsa di dunia. Sebagai bangsa, kita tidak hidup sendiri melainkan hidup dalam satu kesatuan masyarakat dunia (world society). Kita semua merupakan makhluk yang ada di bumi. Karena itu, manusia secara alam, sosial, ekonomi, politik, keamanan, dan budaya tidak dapat saling terpisah melainkan saling ketergantungan dan mempengaruhi.

Era globalisasi yang merupakan era tatanan kehidupan manusia secara global telah melibatkan seluruh umat manusia. Secara khusus gelombang globalisasi itu memasuki tiga arena penting di dalam kehidupan manusia, yaitu arena ekonomi, arena politik, dan arena budaya. Jika masyarakat atau bangsa tersebut tidak siap menghadapi tantangan-tantangan global yang bersifat multidimensi dan tidak dapat memanfaatkan peluang, maka akan menjadi korban yang tenggelam di tengah-tengah arus globalisasi.

Arus globalisasi yang semakin pesat telah membuat jarak antar Negara seakan tak berarti lagi. Pada masa sekarang ini, tak sulit untuk anak nelayan terpencil mengetahui kejadian robohnya gedung WTC di America Serikat dalam hitungan jam. Kemajuan teknologi yang semakin pesat sebagai dampak dari globalisasi ternyata juga berpengaruh terhadap dunia pendidikan Indonesia. Home schooling, virtual learning dan program-program pendidikan import lainnya yang mulai diterapkan di Indonesia sebagai akibat dari cepatnya akses internet. Globalisasilah yang telah memberikan insipirasi-inspirasi baru tersebut untuk mengadopsi program-program pendidikan dari luar Indonesia.

Belum lagi musim internasional yang akhir-akhir ini melanda Indonesia, Pengadaan sekolah-sekolah bertaraf internasional sedang booming digalakkan. Tidak hanya pada tingkat sekolah menengah bahkan taman kanak-kanakpun telah di program menjadi sekolah bertaraf internasional. Les bahasa inggris, mandarin, komputer semua tersedia di sekolah. Fenomena tersebut tak lain, adalah akibat dari globalisasi.

Perubahan kurikulum pendidikan yang berkali-kali juga merupakan dampak dari pesatnya arus globalisasi. Pesatnya arus globalisasi menyebabkan pemerintah harus bergerak cepat mengubah kurikulum pendidikan yang lama yang dianggap ketinggalan jaman dengan kurikulum yang baru yang dianggap sesuai dan mampu menjawab tantangan global. Hal ini, dikarenakan dunia pendidikan adalah salah satu sektor penting dalam suatu Negara yang menopang berdirinya suatu Negara.

Dalam era globalisasi saat ini, pendidikan memang harus mendapatkan prioritas. Artinya, semua Stakeholder harus berkecimpung di dalamnya. Pendidikan sangatlah penting untuk masa depan anak bangsa. Dengan adanya perhatian yang serius pada pendidikan, tentu saja sebuah bangsa akan naik derajatnya. Hal itu karena pembangunan suatu bangsa akan ditentukan oleh pendidikan. Tunas-tunas bangsalah yang akan membangun sebuah negeri. Dampak pendidikan yang matang tentu saja membawa hasil kemajuan seperti yang disebutkan di atas.

Pemerintah dalam hal ini tentu saja harus benar-benar memperhatikan secara serius persoalan pendidikan. Bangsa yang maju, tidak terlepas dari kemajuan pendidikannya. Sistem pendidikan yang masih amburadul patut dibenahi oleh semua pihak yang berwenang tentu saja. Pendidikan untuk kemajuan, itulah yang harus dicanangkan. Pendidikan untuk kemajuan dalam hal ini tentu saja bukan untuk golongan atau etnis tertentu, tetapi, pendidikan untuk kemajuan bersama, yaitu kemajuan bangsa dan kemajuan pendidikan itu sendiri. Pendidikan tak cukup diemban dalam waktu singkat, artinya dalam pendidikan memerlukan proses, tentu saja proses yang panjang. Proses yang panjang dalam hal ini bukan berarti sepanjang-panjangnya. Namun, pendidikan disini memerlukan suatu proses kesabaran, kesadaran. Dalam artian kesabaran, bisa dimaknai bahwa pendidikan bukan seperti makan cabai rawit, begitu dimakan, langsung terasa. Tetapi, disini yang dimaksudkan yaitu pendidikan yang memerlukan waktu, hasilnya dapat dirasakan setelah beberapa tahun.

Kehancuran dunia pendidikan merupakan langkah awal kehancuran suatu Negara. Kegagalan bangsa Indonesia di masa lampau mempertahankan kedaulatan negaranya, dikarenakan pendidikan rakyatnya yang lemah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam tulisan ini adalah :

1. Apakah pengertian globalisasi?

2. Bagaimana perkembangan kualitas pendidikan di Indonesia?

3. Bagaimana pengaruh globalisasi terhadap pendidikan Indonesia?

4. Bagaimana sikap yang harus dilakukan oleh masyarakat Indonesia terhadap globalisasi yang berdampak bagi dunia pendidikan Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan

Tulisan ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui pengertian globalisasi.

2. Untuk mengetahui perkembangan kualitas pendidikan di Indonesia.

3. Untuk mengetahui pengaruh globalisasi terhadap pendidikan Indonesia.

4. Untuk mengetahui sikap yang harus dilakukan oleh masyarakat Indonesia terhadap globalisasi yang berdampak bagi dunia pendidikan Indonesia.

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat tulisan ini, antara lain:

1. Dapat menambah wawasan penulis dan khalayak tentang hal-hal yang berhubungan dengan kualitas pendidikan Indonesia di tengah pusaran globalisasi.

2. Sebagai bahan referensi untuk pembaca.

3. Dapat melatih siswa pada umumnya dan penulis khususnya dalam mengembangkan wawasan diri untuk menyusun buah pikiran secara sistematis dalam bentuk makalah.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Globalisasi

Globalisasi merupakan suatu proses yang mencakup keseluruhan dalam berbagai bidang kehidupan sehingga tidak tampak lagi adanya batas-batas yang mengikat secara nyata, sehingga sulit untuk disaring atau dikontrol.

Adapun konsep globalisasi menurut pendapat para ahli adalah :

a. Malcom Waters

Globalisasi adalah sebuah proses sosial yang berakibat bahwa pembatasan geografis pada keadaan sosial budaya menjadi kurang penting, yang terjelma didalam kesadaran orang.

b. Emanuel Ritcher

Globalisasi adalah jaringan kerja global secara bersamaan menyatukan masyarakat yang sebelumnya terpencar-pencar dan terisolasi kedalam saling ketergantungan dan persatuan dunia.

c. Thomas L. Friedman

Globlisasi memiliki dimensi ideologi dan teknologi. Dimensi teknologi yaitu kapitalisme dan pasar bebas, sedangkan dimensi teknologi adalah teknologi informasi yang telah menyatukan dunia.

d. Princenton N. Lyman

Globalisasi adalah pertumbuhan yang sangat cepat atas saling ketergantungan dan hubungan antara Negara-negara didunia dalam hal perdagangan dan keuangan.

2.2 Perkembangan Kualitas Pendidikan di Indonesia

Perkembangan kualitas pendidikan di Indonesia telah berlangsung dalam empat era yaitu :

1. Era Kolonial

2. Era Orde Lama

3. Era Orde Baru

4. Era Reformasi

2.2.1 Era Kolonial

Pada zaman kolonial pendidikan hanya diberikan kepada para penguasa serta kaum feodal. Pendidikan rakyat cukup diberikan untuk memenuhi kebutuhan dasar penguasa kolonial. Pendidikan diberikan hanya terbatas kepada rakyat di sekolah-sekolah kelas 2 atau ongko loro tidak diragukan mutunya. Sungguhpun standar yang dipakai untuk mengukur kualitas rakyat pada waktu itu diragukan karena sebagian besar rakyat tidak memperoleh pendidikan, namun demikian apa yang diperoleh pendidikan seperti pendidikan rakyat 3 tahun, pendidikan rakyat 5 tahun, telah menghasilkan pemimpin masyarakat bahkan menghasilkan pemimpin-pemimpin gerakan nasional.

Pendidikan kolonial untuk golongan bangsawan serta penguasa tidak diragukan lagi mutunya. Para pemimpin nasional kita kebanyakan memperoleh pendidikan di sekolah-sekolah kolonial bahkan beberapa mahasiswa yang dapat melanjutkan di Universitas terkenal di Eropa. Dalam sejarah pendidikan kita dapat dikatakan bahwa intelegensi bangsa Indonesia tidak kalah dengan kaum penjajah. Masalah yang dihadapi oleh bangsa Indonesia pada waktu itu adalah kekurangan kesempatan yang sama yang diberikan kepada semua anak bangsa. Oleh sebab itu di dalam Undang Undang Dasar 1945 dinyatakan dengan tegas bahwa pemerintah akan menyusun suatu sistem pendidikaan nasional untuk rakyat, untuk semua bangsa.

2.2.2 Era Orde Lama

Masa revolusi pendidikan nasional mulai meletakkan dasar-dasarnya. Pada masa revolusi sangat terasa serba terbatas, tetapi bangsa kita dapat melaksanakan pendidikan nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam UUD 1945. Kita dapat merumuskan Undang Undang Pendidikan No. 4/1950 junto no. 12/ 1954. Kita dapat membangun sistem pendidikan yang tidak kalah mutunya. Para pengajar, pelajar melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya walaupun serba terbatas. Dengan segala keterbatasan itu memupuk pemimpin-pemimpin nasional yang dapat mengatasi masa pancaroba seperti rongrongan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sayang sekali pada akhir era ini pendidikan kemudian dimasuki oleh politik praktis atau mulai dijadikan kendaraan politik. Pada masa itu dimulai pendidikan indoktrinasi yaitu menjadikan pendidikan sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaan Orde Lama.

Pada Orde Lama sudah mulai diadakan ujian-ujian negara yang terpusat dengan sistem kolonial yang serba ketat tetapi tetap jujur dan mempertahankan kualitas. Hal ini didukung karena jumlah sekolah belum begitu banyak dan guru-guru yang ditempa pada zaman kolonial. Pada zaman itu siswa dan guru dituntut disiplin tinggi. Guru belum berorientasi kepada yang material tetapi kepada yang ideal. Citra guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa yang diciptakaan era Orde Baru sebenarnya telah dikembangkan pada Orde Lama.

Kebijakan yang diambil pada Orde Lama dalam bidang pendidikan tinggi yaitu mendirikan universitas di setiap provinsi. Kebijakan ini bertujuan untuk lebih memberikan kesempatan memperoleh pendidikan tinggi. Pada waktu itu pendidikan tinggi yang bermutu terdapat di Pulau Jawa seperti UI, IPB, ITB, Gajah Mada, dan UNAIR, sedangkan di provinsi-provinsi karena kurangnya persiapan dosen dan keterbatasaan sarana dan prasarana mengakibatkan kemerosotan mutu pendidikan tinggi mulai terjadi.

2.2.3 Era Orde Baru

Dalam era ini dikenal sebagai era pembangunan nasional. Dalam bidang pembangunan pendidikan, khususnya pendidikan dasar terjadi suatu loncatan yang sangat signifikan dengan adanya INPRES Pendidikan Dasar. Tetapi sayang sekali INPRES Pendidikan Dasar belum ditindaklanjuti dengan peningkatan kualitas tetapi baru kuantitas. Selain itu sistem ujian negara (EBTANAS) telah berubah menjadi bumerang yaitu penentuan kelulusan siswa menurut rumus-rumus tertentu. Akhirnya di tiap-tiap lembaga pendidikan sekolah berusaha untuk meluluskan siswanya 100%. Hal ini berakibat pada suatu pembohongan publik dan dirinya sendiri dalam masyarakat. Oleh sebab itu era Orde Baru pendidikan telah dijadikan sebagai indikator palsu mengenai keberhasilan pemerintah dalam pembangunan.

Dalam era pembangunan nasional selama lima REPELITA yang ditekankan ialah pembangunan ekonomi sebagai salah satu dari TRILOGI pembangunan. Maka kemerosotan pendidikan nasional telah berlangsung.

Dari hasil manipulasi ujian nasional sekolah dasar kemudian meningkat ke sekolah menengah dan kemudian meningkat ke sekolah menengah tingkat atas dan selanjutnya berpengaruh pada mutu pendidikan tinggi. Walaupun pada waktu itu pendidikan tinggi memiliki otonomi dengan mengadakan ujian masuk melalui UMPTN, tetapi hal tersebut tidak menolong. Pada akhirnya hasil EBTANAS juga dijadikan indikator penerimaan di perguruan tinggi. Untuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi maka pendidikan tinggi negeri mulai mengadakan penelusuran minat dari para siswa SMA yang berpotensi. Cara tersebut kemudian diikuti oleh pendidikan tinggi lainnya.

Di samping perkembangan pendidikan tinggi dengan usahanya untuk mempertahankan dan meningkatkan mutunya pada masa Orde Baru muncul gejala yaitu tumbuhnya perguruan tinggi swasta dalam berbagai bentuk. Hal ini berdampak pada mutu perguruan semakin menurun walaupun dibentuk KOPERTIS-KOPERTIS sebagai bentuk birokrasi baru.

2.2.4 Era Reformasi

Indonesia sejak tahun 1998 merupakan era transisi dengan tumbuhnya proses demokrasi. Demokrasi juga telah memasuki dunia pendidikan nasional antara lain dengan lahirnya Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam bidang pendidikan bukan lagi merupakan tanggung jawab pemerintah pusat tetapi diserahkan kepada tanggung jawab pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang – Undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, hanya beberapa fungsi saja yang tetap berada di tangan pemerintah pusat. Perubahan dari sistem yang sentralisasi ke desentralisasi akan membawa konsekuensi-konsekuensi yang jauh di dalam penyelenggaraan pendidikan nasional.

Selain perubahan dari sentralisasi ke desentralisasi yang membawa banyak perubahan juga bagaimana untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam menghadapi persaingan bebas abad ke-21. Kebutuhan ini ditampung dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta pentingnya tenaga guru dan dosen sebagai ujung tombak dari reformasi pendidikan nasional.

Sistem Pendidikan Nasional Era Reformasi yang diatur dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 diuraikan dalam indikator-indikator akan keberhasilan atau kegagalannya, maka lahirlah Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang kemudian dijelaskan dalam Permendiknas RI.

Di dalam masyarakat Indonesia dewasa ini muncul banyak kritikan baik dari praktisi pendidikan maupun dari kalangan pengamat pendidikan mengenai pendidikan nasional yang tidak mempunyai arah yang jelas. Dunia pendidikan sekarang ini bukan merupakan pemersatu bangsa tetapi merupakan suatu ajang pertikaian dan persemaian manusia-manusiaa yang berdiri sendiri dalam arti yang sempit, mementingkan diri dan kelompok.

Menurut H.A.R. Tilaar, hal tersebut disebabkan adanya dua kekuatan besar yaitu kekuatan politik dan kekuatan ekonomi.

Kekuatan Politik :

Pendidikan masuk dalam subordinasi dari kekuatan-kekuatan politik praktis, yang berarti pendidikan telah dimasukkan ke dalam perebutan kekuasaan partai-partai politik, untuk kepentingan kekuatan golongannya. Pandangan politik ditentukan oleh dua paradigma yaitu paradigma teknologi dan paradigma ekonomi. Paradigma teknologi mengedepankan pembangunan fisik yang menjamin kenyaman hidup manusia. Paradigma ekonomi lebih mengedepankan pencapaian kehidupan modern dalam arti pemenuhan-pemenuhan kehidupan materiil dan mengesampingkan kebutuhan non materiil duniawi. Contoh pengembangan dana 20 %.

Kekuatan Ekonomi:

Manusia Indonesia tidak terlepas dari modernisasi seperti teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Neoliberalisme pendidikan membawa dampak positif dan negatif. Positifnya yaitu pendidikan menunjang perbaikan hidup dan nilai negatifnya yaitu mempersempit tujuan pendidikan atas pertimbangan efisiensi, produksi, dan menghasilkan manusia-manusia yang dapat bersaing, yaitu pada profit orientit yang mencari keuntungan sebesar-besarnya terhadap investasi yang dilaksanakan dalam bidang pendidikan.

Demi mencapai efisiensi dan kualitas pendidikan maka disusunlah beberapa upaya standardisasi. Untuk usaha tersebut maka muncul konsep-konsep seperti : Ujian Nasional.

Dalam menyusun RENSTRA Departemen Pendidikan Nasional tahun 2005 – 2009 lebih menekankan pada manajemen dan kepemimpinan bukan masalah pokok yaitu pengembangan anak Indonesia. Anak Indonesia dijadikan obyek, anak Indonesia bukan merupakan suatu proses humanisasi atau pemanusiaan. Anak Indonesia dijadikan alat untuk menggulirkan suatu tujuan ekonomis yaitu pertumbuhan, keterampilan, penguasaan skil yang dituntut dalam pertumbuhan ekonomi.

2.3 Pengaruh Globalisasi bagi Pendidikan Indonesia

Banyak sekolah di indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini mulai melakukan globalisasi dalam sistem pendidikan internal sekolah. Hal ini terlihat pada sekolah – sekolah yang dikenal dengan billingual school, dengan diterapkannya bahasa asing seperti bahasa Inggris dan bahasa Mandarin sebagai mata ajar wajib sekolah. Selain itu berbagai jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang membuka program kelas internasional.

Globalisasi pendidikan dilakukan untuk menjawab kebutuhan pasar akan tenaga kerja berkualitas yang semakin ketat. Dengan globalisasi pendidikan diharapkan tenaga kerja Indonesia dapat bersaing di pasar dunia. Apalagi dengan akan diterapkannya perdagangan bebas, misalnya dalam lingkup negara-negara ASEAN, mau tidak mau dunia pendidikan di Indonesia harus menghasilkan lulusan yang siap kerja agar tidak menjadi “budak” di negeri sendiri.

Pendidikan model ini juga membuat siswa memperoleh keterampilan teknis yang komplit dan detil, mulai dari bahasa asing, computer, internet sampai tata pergaulan dengan orang asing dan lain-lain. sisi positif lain dari liberalisasi pendidikan yaitu adanya kompetisi. Sekolah-sekolah saling berkompetisi meningkatkan kualitas pendidikannya untuk mencari peserta didik.

Globalisasi seperti gelombang yang akan menerjang, tidak ada kompromi, kalau kita tidak siap maka kita akan diterjang, kalau kita tidak mampu maka kita akan menjadi orang tak berguna dan kita hanya akan jadi penonton saja. Akibatnya banyak Desakan dari orang tua yang menuntut sekolah menyelenggarakan pendidikan bertaraf internasional dan desakan dari siswa untuk bisa ikut ujian sertifikasi internasional.

Sehingga sekolah yang masih konvensional banyak ditinggalkan siswa dan pada akhirnya banyak pula yang gulung tikar alias tutup karena tidak mendapatkan siswa. Implikasinya, muncullah :

1. Home schooling, yang melayani siswa memenuhi harapan siswa dan orang tua karena tuntutan global.

2. Virtual School dan Virtual University.

Munculnya alternatif lain dalam memilih pendidikan.

3. Model Cross Border Supply, yaitu pembelajaran jarak jauh (distance learning), pendidikan maya (virtual education) yang diadakan oleh Perguruan Tinggi Asing ; contohnya United Kingdom Open University dan Michigan Virtual University.

4. Model Consumption Aboard, lembaga pendidikan suatu negara menjual jasa pendidikan dengan menghadirkan konsumen dari negara lain; contoh : yaitu hadirnya banyak para pemuda Indonesia menuntut ilmu membeli jasa pendidikan ke lembaga-lembaga pendidikan ternama yang ada di luar negeri.

5. Model Movement of Natural Persons. Dalam hal ini lembaga pendidikan di suatu negara menjual jasa pendidikan ke konsumen di negara lain dengan cara mengirimkan personelnya ke negara konsumen. Contohnya dengan mendatangkan dosen tamu dari luar negeri bekerja sama dengan perguruan tinggi yang ada di Indonesia (tidak gratis tentunya).

6. Model Commercial Presence, yaitu penjualan jasa pendidikan oleh lembaga di suatu negara bagi konsumen yang berada di negara lain dengan mewajibkan kehadiran secara fisik lembaga penjual jasa dari negara tersebut.

Persaingan untuk menciptakan negara yang kuat terutama di bidang ekonomi, sehingga dapat masuk dalam jajaran raksasa ekonomi dunia tentu saja sangat membutuhkan kombinasi antara kemampuan otak yang mumpuni disertai dengan keterampilan daya cipta yang tinggi. Salah satu kuncinya adalah globalisasi pendidikan yang dipadukan dengan kekayaan budaya bangsa Indonesia. Selain itu hendaknya peningkatan kualitas pendidikan hendaknya selaras dengan kondisi masyarakat Indonesia saat ini. Tidak dapat kita pungkiri bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan. Dalam hal ini, untuk dapat menikmati pendidikan dengan kualitas yang baik tadi tentu saja memerlukan biaya yang cukup besar.

Dalam dunia pendidikan Indonesia, globalisasi membawa banyak dampak dan efek. Dampak tersebut tak hanya bersifat positif tapi juga berdampak negatif.

Dampak positif globalisasi terhadap dunia pendidikan Indonesia, antara lain :

Pengajaran Interaktif Multimedia

Kemajuan teknologi akibat pesatnya arus globalisasi, merubah pola pengajaran pada dunia pendidikan. Pengajaran yang bersifat klasikal berubah menjadi pengajaran yang berbasis teknologi baru seperti internet dan komputer.

Apabila dulu, guru menulis dengan sebatang kapur, sesekali membuat gambar sederhana atau menggunakan suara-suara dan sarana sederhana lainnya untuk mengkomunikasikan pengetahuan dan informasi.

Sekarang sudah ada komputer. Sehingga tulisan, film, suara, musik, gambar hidup, dapat digabungkan menjadi suatu proses komunikasi.

Levie dan Levie (1975) dalam Arsyad (2005) yang membaca kembali hasil-hasil penelitian tentang belajar melalui stimulus kata, visual dan verbal menyimpulkan bahwa stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali, dan menghubung-hubungkan fakta dengan konsep.

Perubahan Corak Pendidikan

Mulai longgarnya kekuatan kontrol pendidikan oleh negara. Tuntutan untuk berkompetisi dan tekanan institusi global, seperti IMF dan World Bank, mau atau tidak, membuat dunia politik dan pembuat kebijakan harus berkompromi untuk melakukan perubahan. Lahirnya UUD 1945 yang telah diamandemen, UU Sisdiknas, dan PP 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) setidaknya telah membawa perubahan paradigma pendidikan dari corak sentralistis menjadi desentralistis. Sekolah-sekolah atau satuan pendidikan berhak mengatur kurikulumnya sendiri yang dianggap sesuai dengan karakteristik sekolahnya.

Kemudahan Dalam Mengakses Informasi

Dalam dunia pendidikan, teknologi hasil dari melambungnya globalisasi seperti internet dapat membantu siswa untuk mengakses
berbagai informasi dan ilmu pengetahuan serta sharing riset antarsiswa
terutama dengan mereka yang berjauhan tempat tinggalnya.

Pembelajaran Berorientasikan Kepada Siswa

Dulu, kurikulum terutama didasarkan pada tingkat kemajuan sang guru. Tetapi sekarang, kurikulum didasarkan pada tingkat kemajuan siswa. KBK yang dicanangkan pemerintah tahun 2004 merupakan langkah awal pemerintah dalam mengikutsertakan secara aktif siswa terhadap pelajaran di kelas yang kemudian disusul dengan KTSP yang didasarkan pada tingkat satuan pendidikan.

Di dalam kelas, siswa dituntut untuk aktif dalam proses belajar-mengajar. Dulu, hanya guru yang memegang otoritas kelas. Berpidato di depan kelas. Sedangkan siswa hanya mendngarkan dan mencatat. Tetapi sekarang siswa berhak mengungkapkan ide-idenya melalui presentasi. Disamping itu, siswa tidak hanya bisa menghafal tetapi juga mampu menemukan konsep-konsep, dan fakta sendiri.

Adapun dampak negatif globalisasi terhadap dunia pendidikan Indonesia, antara lain :

Komersialisasi Pendidikan

Era globalisasi mengancam kemurnian dalam pendidikan. Banyak didirikan sekolah-sekolah dengan tujuan utama sebagai media bisnis. John Micklethwait menggambarkan sebuah kisah tentang pesaingan bisnis yang mulai merambah dunia pendidikan dalam bukunya “Masa Depan Sempurna” bahwa tibanya perusahaan pendidikan menandai pendekatan kembali ke masa depan. Salah satu ciri utamanya ialah semangat menguji murid ala Victoria yang bisa menyenangkan Mr. Gradgrind dalam karya Dickens. Perusahaan-perusahaan ini harus membuktikan bahwa mereka memberikan hasil, bukan hanya bagi murid, tapi juga pemegang saham.(John Micklethwait, 2007:166).

Kasus kampus UTS tahun 2008 lalu, merupakan bukti nyata kemerosotan nilai-nilai luhur dalam pendidikan. Gelar dapat diperoleh dengan harga murah. Tanpa harus mengikuti proses belajar mengajar yang sesuai prosedur. Munculnya sekolah-sekolah swasta elit yang bersaing menawarkan terobosan-terobosan baru dalam dunia pendidikan yang kebanyakan hanya sebagai media bisnis. Karena mereka menyodorkan terobosan dalam dunia pendidikan dengan imbalan uang yang tak sedikit jumlahnya.

Bahaya Dunia Maya

Dunia maya selain sebagai sarana untuk mengakses informasi dengan mudah juga dapat memberikan dampak negative bagi siswa. Terdapat pula, Aneka macam materi yang berpengaruh negatif bertebaran di internet.

Misalnya: pornografi, kebencian, rasisme, kejahatan,
kekerasan, dan sejenisnya. Berita yang bersifat pelecehan seperti
pedafolia, dan pelecehan seksual pun mudah diakses oleh siapa pun, termasuk siswa. Barang-barang seperti viagra, alkhol, narkoba banyak ditawarkan melalui internet.

Contohnya, 6 Oktober 2009 lalu diberitakan salah seorang siswi SMA di Jawa Timur pergi meninggalkan sekolah demi menemui seorang lelaki yang dia kenal melalui situs pertemanan “facebook”. Hal ini sangat berbahaya pada proses belajar mengajar.


Ketergantungan

Mesin-mesin penggerak globalisasi seperti komputer dan internet dapat menyebabkan kecanduan pada diri siswa ataupun guru. Sehingga guru ataupun siswa terkesan tak bersemangat dalam proses belajar mengajar tanpa bantuan alat-alat tersebut.

2.4 Sikap yang Harus Dilakukan oleh Masyarakat Indonesia terhadap Globalisasi yang Berdampak bagi Dunia Pendidikan Indonesia.

Globalisasi selalu menampakkan dua wajah yang berbeda, yaitu globalisasi yang menampakkan wajah positif dan dampak negatif. Dampak positif dapat diterima untuk menambah daftar kekayaan dalam dunia pendidikan Indonesia. Sedangkan untuk dampak negative, Menolak dan menghindarinya sangatlah tidak mungkin dilakukan, yang bisa dilakukan adalah mengeliminasi dan mereduksi dampak negative tersebut. Untuk menghadapi dampak negatif globalisasi terhadap dunia pendidikan Indonesia, diperlukan sikap tegas dari masyarakat pendidikan itu sendiri, yaitu

Bagi Pemerintah

Pemerintah sebagai pengemban amanat rakyat, dapat bergerak cepat menemukan dan memperbaiki celah – celah yang dapat menyulut kesenjangan dalam dunia pendidikan. Salah satunya dengan cara menjadikan pendidikan di Indonesia semakin murah atau bahkan gratis tapi bukan pendidikan yang murahan tanpa kualitas. Hal ini memang sudah dimulai di beberapa daerah di Indonesia yang menyediakan sekolah unggulan berkualitas yang bebas biaya. Namun hal tersebut baru berupa kebijakan regional di daerah tertentu. Alangkah baiknya jika pemerintah pusat menerapkan kebijakan tersebut dalam skala nasional . Untuk dapat mewujudkan hal tersebut pemerintah perlu melakukan pembenahan terutama dalam bidang birokrasi. Korupsi mesti segera diberantas, karena korupsi merupakan salah satu yang menghancurkan bangsa ini.

Ide Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Moh. Nuh yang mengingatkan, bahwa dalam dunia pendidikan tak boleh ada sikap diskriminatif yang disebabkan adanya perbedaan kaya dengan miskin akibat faktor wilayah kota dan desa sehingga seseorang kehilangan hak untuk mendapatkan pendidikan. (Kompas.com tanggal 3 November 2009) Perlu diimplentasikan dan dilaksanakan dengan segera, agar hak setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan yang layak dapat segera terwujud, dan dapat mendorong lembaga pendidikan untuk mempertimbangkan kurikulum maupun metodologi yang tidak banyak mengeluarkan biaya.

Selain itu membuat standar baru tentang kualitas pendidikan yang tidak saja menyentuh kemampuan dan kreativitas siswa melainkan juga ongkos sekolah. Kriteria yang mempersyaratkan kemampuan menampung siswa tidak mampu sekaligus kemampuan untuk mensejahterakan guru. Sekolah tidak lagi diukur dari kemampuannya mencetak siswa yang pintar melainkan bagaimana mengajarkan siswa untuk saling bertanggung jawab dan mempunyai solidaritas tinggi. Standar internasional tentang kemampuan intelektual tidak akan bisa diraih dengan kondisi struktural yang masih mengalami persoalan ketimpangan dan kesenjangan sosial. Selain itu solusi-solusi lain yang dapat dilaksanakan adalah

a. Meningkatkan mutu SDM terutama Guru dalam penguasaan Bahasa Inggris dan Bahasa Asing lainnya

b. Peningkatan Mutu Guru dalam penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi

c. Peningkatan Mutu Manajemen sekolah dan Manajemen pelayanan pendidikan

d. Peningkatan Mutu sarana dan Prasarana

e. Penanaman nilai-nilai keteladanan

f. Pengembangan budaya baca dan pembinaan perpustakaan

g. Penelitian dan pengembangan pendidikan

Bagi Siswa dan Masyarakat

Menjadikan Pancasila sebagai acuan

Pancasila selain sebagai landasan ideologi bangsa Indonesia, juga berperan sebagai filter. Pengaruh-pengaruh dari luar Indonesia, disaring. Kemudian dikalasifikasikan kedalam dua golongan :
Golongan pertama adalah golongan yang sesuai dengan watak dan kepribadian bangsa Indonesia. Golongan pertama ini merupakan golongan yang diterima dan dikembangkan, agar benar-benar sesuai dengan watak dan kepribadian bangsa Indonesia.

Golongan kedua adalah golongan yang tidak sesuai dengan watak dan kepribadian bangsa Indonesia. Sehingga perlu ditindak lanjuti untuk mengurangi bahayanya bagi bangsa Indonesia.

Menjadikan pelajaran-pelajaran moral sebagai pelajaran Wajib

Pelajaran-pelajaran yang menjurus pada pembekalan moral dan perbaikan akhlak (seperti pendidikan agama, pendidikan pancasila dan kewarganegaraan) hendaklah dijadikan pelajaran wajib dalam penyusunan kurikulum. Sehingga siswa tidak hanya dituntut pandai dalam keilmuan atau spesialisasi dalam bidang-bidang tertentu tetapi juga memiliki moral dan akhlak yang baik yang tercermin pada setiap tingkah laku maupun ucapannya.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini adalah

1. Globalisasi merupakan suatu proses yang mencakup keseluruhan dalam berbagai bidang kehidupan sehingga tidak tampak lagi adanya batas-batas yang mengikat secara nyata, sehingga sulit untuk disaring atau dikontrol.

2. Perkembangan kualitas pendidikan di Indonesia telah berlangsung dalam empat era yaitu :

Era Kolonial

Era Orde Lama

Era Orde Baru

Era Reformasi

3. Globalisasi membawa dampak bagi dunia pendidikan Indonesia, antara lain :

a. Dampak positif, seperti

1. Munculnya berbagai sekolah berbasis International School.

2. Pengajaran Interaktif Multimedia

3. Perubahan Corak Pendidikan

4. Kemudahan Dalam Mengakses Informasi

5. Pembelajaran Berorientasikan Kepada Siswa

b. Adapun dampak negatifnya, seperti

1. Maraknya komersialisasi pendidikan

2. Ketergantungan

3. Bahaya dunia maya

4. Adapun sikap yang harus dilakukan oleh masyarakat untuk menghadapi globalisasi yang berdampak bagi dunia pendidikan Indonesia antara lain :

a. Bagi Pemerintah

1. Menjadikan pendidikan di Indonesia semakin murah atau bahkan gratis tapi bukan pendidikan yang murahan tanpa kualitas sehingga pendidikan berbasis globalisasi pun bisa dinikmati oleh masyarakat golongan ekonomi rendah

2. Pemerintah harus segera memberantas korupsi

3. Meningkatkan mutu SDM terutama Guru dalam penguasaan Bahasa Inggris dan Bahasa Asing lainnya

4. Peningkatan Mutu Guru dalam penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi

5. Peningkatan Mutu Manajemen sekolah dan Manajemen pelayanan pendidikan

6. Peningkatan Mutu sarana dan Prasarana

7. Penanaman nilai-nilai keteladanan

8. Pengembangan budaya baca dan pembinaan perpustakaan

9. Penelitian dan pengembangan pendidikan

b. Bagi Masyarakat

1. Menjadikan Pancasila sebagai acuan

2. Menjadikan pelajaran-pelajaran moral sebagai pelajaran wajib.

3.2 Saran

1. Diharapkan kepada masyarakat pendidikan Indonesia agar terus bersemangat dalam upaya memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia agar sejalan dengan globalisasi.

2. Dengan membuat karya tulis seperti ini, akan memacu kreativitas berpikir, memperluas cakrawala berpikir, dan meningkatkan minat membaca para siswa.

3. Kepada seluruh pembaca kiranya memberikan kritikan yang bersifat membangun sehingga apa yang kita harapkan dari isi tulisan ini dapat berguna bagi masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Internet

http://id.shvoong.com/society-and-news/news-items/2004730-pengertian-globalisasi/ (diakses tanggal 28 April 2011)

http://mustofasmp2.wordpress.com/2011/01/03/pengertian-globalisasi/ (diakses tanggal 28 april 2011)

http://merahputiholic-fa.blogspot.com/2009/12/dampak-globalisasi-terhadap-dunia.html (diakses tanggal 28 april 2011)

http://hanakristina.wordpress.com/2010/03/29/dampak-globalisasi-dalam-dunia-pendidikan/ (diakses tanggal 28 april 2011)

http://setiadwidani.blogdetik.com/ (diakses tanggal 28 april 2011)

Buku

Mickletwhait, John, Adrian Wooldridge. 2007. Masa Depan Sempurna: Tantangan dan Janji Globalisasi. Jakarta: Freedom Institute dan Yayasan Obor Indonesia

Prasetyo, Eko. Orang miskin dilarang sekolah. Yogyakarta: Resist Book, 2005


Don't copy without credits....

Gomawo…!!